Mitigasi dan Penguatan Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin oleh BNPB dan BMKG

Yori Akurasi
3 Min Read
Mitigasi dan Penguatan Sistem Peringatan Dini Banjir Lahar Dingin oleh BNPB dan BMKG. Foto: BMKG.

Akurasi.id — Menghadapi potensi bencana banjir lahar dingin dari Gunung Marapi, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bersama Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) memperkuat sistem peringatan dini dan mitigasi bencana. Kolaborasi ini bertujuan untuk meningkatkan kesiapsiagaan masyarakat serta mengurangi risiko kerusakan yang mungkin terjadi.

Kepala BNPB, Letnan Jenderal TNI Suharyanto, dalam konferensi pers di Padang, menekankan pentingnya sistem peringatan dini yang efektif dan responsif. “Kami berkomitmen untuk mengintegrasikan teknologi terbaru dalam sistem peringatan dini kami, yang termasuk pemasangan sensor kabel untuk mendeteksi kenaikan permukaan air di sungai-sungai yang berpotensi mengalami lahar dingin,” ujarnya.

Sistem ini dirancang untuk memberikan peringatan secepat mungkin kepada warga yang tinggal di dekat Gunung Marapi, sehingga mereka memiliki waktu yang cukup untuk mengungsi. Sensor yang dipasang akan mengirimkan sinyal ke pusat data ketika terdeteksi adanya pergerakan lahar yang signifikan, yang kemudian akan memicu sirene peringatan di daerah yang terancam.

BMKG, di sisi lain, terus melakukan pemantauan cuaca dan aktivitas geologis di sekitar Gunung Marapi. “Analisis kami tidak hanya fokus pada prediksi cuaca, tetapi juga memantau kondisi geologis yang bisa memicu lahar dingin, seperti gempa bumi atau peningkatan aktivitas vulkanik,” kata Dwikorita Karnawati, Kepala BMKG.

Pengalaman bencana lahar dingin di masa lalu telah menunjukkan pentingnya memiliki sistem peringatan dini yang handal. Pada tahun 2020, banjir lahar dingin di Gunung Marapi mengakibatkan kerugian besar, dengan puluhan rumah rusak dan infrastruktur penting seperti jembatan dan jalan terputus. Kejadian ini menjadi pelajaran penting bagi BNPB dan BMKG untuk terus memperbaharui dan meningkatkan sistem mereka.

Selain memperkuat sistem peringatan dini, BNPB dan BMKG juga aktif melakukan sosialisasi kepada masyarakat. Mereka mengadakan workshop, simulasi, dan pertemuan komunitas untuk mengedukasi warga tentang cara bertindak saat peringatan dini diberikan. “Edukasi masyarakat sama pentingnya dengan sistem teknologi yang kami bangun. Masyarakat harus tahu apa yang harus dilakukan saat peringatan dini diberikan, ini krusial untuk menyelamatkan jiwa,” tambah Letjen TNI Suharyanto.

Kegiatan mitigasi lain yang dilakukan termasuk pembuatan barier atau bendungan kecil di sepanjang aliran sungai yang berpotensi menjadi jalur lahar, untuk memperlambat dan mengurangi volume lahar yang meluap ke area permukiman. Pemerintah daerah bekerja sama dengan BNPB dan BMKG dalam merencanakan dan melaksanakan proyek-proyek infrastruktur ini.

Komitmen pemerintah pusat dan daerah terhadap peningkatan sistem peringatan dini dan kegiatan mitigasi ini mendapat dukungan penuh dari berbagai pihak, termasuk lembaga internasional yang berfokus pada pengurangan risiko bencana. Dengan sumber daya yang ada, Indonesia terus berupaya untuk menjadi negara yang lebih resilien terhadap bencana alam.

Melalui kerja keras dan kolaborasi antar-lembaga, Indonesia berharap dapat mengurangi dampak bencana lahar dingin yang tidak hanya mengancam keselamatan warga, tetapi juga perekonomian lokal. Dengan sistem peringatan dini yang lebih baik dan kegiatan mitigasi yang efektif, diharapkan bencana serupa di masa depan.(*)

Penulis: Ivan
Editor: Ani

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *