Dampak Sorakan Negatif Terhadap Keluarga Jokowi dan Kesehatan Mental

Wili Wili
3 Min Read
Dampak Sorakan Negatif Terhadap Keluarga Jokowi dan Kesehatan Mental. Foto: Tempo.

Akurasi.id – Keluarga Presiden Joko Widodo baru-baru ini menjadi sorotan publik setelah mereka disoraki saat menghadiri pelantikan presiden dan wakil presiden dalam sidang Paripurna MPR di Senayan, Jakarta, pada 20 Oktober 2024. Momen tersebut terekam dalam siaran langsung di kanal YouTube DPR RI, di mana awalnya mantan wakil presiden seperti Boediono dan Jusuf Kalla mendapat tepuk tangan meriah. Namun, saat kamera beralih ke keluarga Jokowi, suara sorakan ‘huuu’ menyertai tepuk tangan dari peserta sidang.

Sorakan bernada negatif ini tidak hanya merusak suasana acara tetapi juga dapat memberikan dampak psikologis bagi individu yang menjadi sasaran. Artikel ini membahas ciri-ciri sorakan negatif serta dampaknya terhadap kesehatan mental dan masyarakat secara umum.

Ciri-Ciri Sorakan Bernada Negatif

Berdasarkan penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Frontiers, sorakan bernada negatif sering kali ditandai dengan ciri-ciri berikut:

  1. Komentar Mengenai Penampilan: Banyak sorakan berfokus pada aspek fisik, seperti berat badan dan cara berpakaian. Dalam konteks keluarga Jokowi, mereka sering kali menjadi sasaran kritik terkait penampilan publik.
  2. Penggunaan Bahasa Kasar: Ejekan sering disertai bahasa yang menghina, membuat individu merasa tidak nyaman. Sorakan ini bisa berupa makian langsung atau sindiran halus.
  3. Bersifat Publik: Sorakan negatif sering terjadi di media sosial, di mana individu merasa bebas mengekspresikan pendapat tanpa konsekuensi, sehingga menciptakan budaya ejekan yang umum.
  4. Didasarkan pada Stereotip: Banyak sorakan mencerminkan stereotip gender dan sosial. Contohnya, anggota keluarga Jokowi yang perempuan mungkin lebih sering menjadi target karena ekspektasi sosial terhadap penampilan perempuan.

Dampak Sorakan Bernada Negatif

Sorakan negatif tidak hanya berdampak pada individu tetapi juga pada masyarakat secara keseluruhan. Berikut adalah beberapa dampak yang mungkin terjadi:

  1. Masalah Kesehatan Mental: Penelitian menunjukkan bahwa ejekan dan sorakan negatif dapat menyebabkan masalah kesehatan mental seperti depresi, kecemasan, dan rendahnya harga diri. Anggota keluarga Jokowi yang mengalami sorakan dapat merasakan dampak psikologis yang signifikan.
  2. Persepsi Publik: Sorakan negatif dapat membentuk persepsi publik terhadap individu. Keluarga Jokowi, misalnya, mungkin dianggap kurang berkelas jika mereka terus menerus menjadi korban ejekan.
  3. Menghambat Perkembangan Karir: Bagi individu di dunia politik atau publik, sorakan negatif dapat menghambat karir mereka. Persepsi negatif dari publik dapat memengaruhi dukungan yang mereka terima.
  4. Ketidakberdayaan Sosial: Sorakan bernada negatif dapat menciptakan rasa ketidakberdayaan pada individu yang menjadi target. Mereka mungkin merasa terasing dan tidak mampu bersuara, yang memperburuk kondisi psikologis mereka.
  5. Normalisasi Kekerasan Verbal: Ketika ejekan menjadi hal biasa, ini dapat berkontribusi pada normalisasi kekerasan verbal dalam masyarakat. Anak-anak dan remaja yang menyaksikan perilaku ini mungkin merasa bahwa ejekan dapat diterima, menciptakan siklus kekerasan verbal yang lebih luas.

Sorakan negatif terhadap keluarga Jokowi saat pelantikan presiden menunjukkan dampak serius yang dapat ditimbulkan oleh ejekan publik. Penting bagi masyarakat untuk menyadari konsekuensi dari perilaku ini, tidak hanya bagi individu yang menjadi sasaran, tetapi juga untuk kesehatan mental dan kesejahteraan sosial secara keseluruhan.(*)

Penulis: Nicky
Editor: Willy

Share This Article
Tidak ada komentar

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *