Akurasi.id. Jakarta – Tensi politik meningkat di Indonesia seiring dengan pembentukan pemerintahan baru yang dipimpin oleh Prabowo Subianto dan Gibran Rakabuming Raka. Dua partai, Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Partai Gelombang Rakyat (Gelora), berada di pusaran konflik internal dan eksternal yang mengungkap perbedaan ideologi dan strategi politik mereka.
PKS, partai yang selama ini dikenal dengan pendirian ideologisnya, tampaknya sedang dalam dilema antara tetap berada di luar pemerintahan sebagai oposisi atau bergabung dalam koalisi yang dipimpin oleh Prabowo. Sikap ini mencerminkan perpecahan internal antara anggota senior yang cenderung konservatif dan faksi yang lebih muda dan moderat yang terbuka untuk berkoalisi.
Di sisi lain, Partai Gelora, yang didirikan oleh mantan anggota PKS, Anis Matta, secara terbuka menolak keikutsertaan PKS dalam pemerintahan baru. Gelora, yang gagal mencapai ambang batas parlemen dalam pemilihan terakhir, menegaskan bahwa mereka tidak menginginkan PKS, yang telah lama menjadi rival mereka, menjadi bagian dari koalisi pemerintah.
Menurut Mahfuz Sidik, Sekjen Gelora, “Kami melihat PKS sebagai partai yang tidak sejalan dengan prinsip dan arah yang kami usung. Keterlibatan mereka dalam kampanye yang sering menyerang Prabowo-Gibran juga membuat posisi mereka dalam koalisi ini menjadi tidak tepat.”
Pengamat politik Adi Prayitno dari UIN Syarif Hidayatullah Jakarta menyatakan bahwa posisi PKS sebagai partai ideologis memang lebih cocok berada di luar pemerintahan. “PKS telah membuktikan kekuatan mereka sebagai oposisi yang solid selama sepuluh tahun terakhir,” ujar Adi.
Terkait dengan kemungkinan bergabungnya PKS dalam pemerintahan, Aboe Bakar Alhabsyi, Sekjen PKS, menyebutkan bahwa partainya siap berkontribusi lebih aktif. “Kami ingin memberikan kontribusi yang lebih besar untuk bangsa, dan kami merasa bisa melakukan itu baik dari dalam maupun dari luar pemerintahan,” katanya.
Situasi politik di Indonesia terus berubah, dengan konflik internal dan eksternal yang mempengaruhi keputusan strategis partai-partai politik. Bagaimana kedua partai ini akan berinteraksi dalam pemerintahan baru dan dampaknya terhadap politik nasional masih harus dilihat.(*)
Penulis: Ivan
Editor: Ani